Setelah seminggu

Standard

Setelah seminggu keberangkatan dari indonesia ke london dan menuju pegunungan snowdonia, gunung tertunggi di england dan wales, kami kembali ke london…

image

Hari hari yang dilalui bervariasi, hari pertama kami berkenalan dan dibagi ke dalam 3 kelompok untuk setiap kegiatan di alam.  Ada sedikit cerita di post ini yang akan aku ceritakan lagi nanti di post berikutnya..

Read the rest of this entry

Di Doha lagi

Standard

Minggu 17 maret 2013, doha (lagi)

Setengah jalan menuju utara, London. Tidak sangka juga aku akan menjejakkan kakiku disini sekali lagi untuk perjalanan yang berbeda dan dengan misi yang berbeda.

Besok pagi masih harus dilanjutkan perjalanan menuju Wales , Snowdonia, jadi perjalanan ini genap sehari tetapi melewati tiga zona waktu.

image

Berbagai macam orang, berbagai macam tingkah laku sangat menarik untuk diamati, apalagi cara mereka untuk mengisi waktu luang. Ada yang bermain kartu bersama teman etman, internetan , tidur tiduran, tapi kok ga ada yang ngamen ya…

Subuh begini, memang agak blank, baik otak maupun perut blank , padahal dapat dua kali jatah makan. Wah aneh ini,

Sebentar lagi kami akan segera naik pesawat, setengah jalan. Bertemu delegasi lain di heathrow. Semakin grogi dan ga sabar nih… 😉

image

Dimulainya kembali sebuah perjalanan

Standard

Dulu perjalanan mengenal diri sendiri dan tanah air dimulai tahun 2011, saat memulai persiapan pertukaran pelajar di Hungaria. Sekarang sebuah perjalanan petualangan besar, sudah dimulai di tahun ini, saat mempersiapkan pertukaran busaya ke Inggris, LoNdon.

sudah sejak tahu  2012, aku canangkan 2013 sebagai tahun berkelana,

Terdengar mustahil bagi seorang aku, tapi toh terjadi juga seperti yang aku pikirkan, jadi mau berpikir ya g baik baik aja 😉

Detik ini ragaku ada di Indonesia. PikirNku,sudah melintasi London, balik indo, menjalin dan menemukan benanga merah kearifan lokal dari Merauke sampai Sabang.

Ini adalah hari ke 6 ku dijakarta. Aku tiba di jakarta bersama seorang teman yang akan kuberi nama Gaoth, angin, sebuah “angin segar” yang sejuk untuk perjalananku ini. Dan seorang Ukay dari tanah minang.

Gaoth dan aku sengaja dibuat dekat agar menemukan kecocokan sehingga dapat kompak untuk perjalanan ke UK nanti, karena dua peserta lainnya, Zjarr dan Terra, dari Jakarta.kami berempat akan berangkat untuk sebuah misi, dan ketika kami pulang nanti kami diharapkan untuk siap bertempur dan menyikapi Indonesia sekarang ini.

Mari kuperkenalkan 4 tokoh utama dlm perjalanan ini.

Read the rest of this entry

Cerita Bamara

Standard

Jika Sarasvati dapat bercerita tentang Peter nya yang masi kecil, aku bisa ceritakan tentag Bamara.

Seorang pria dengn sosok tampan, putih dan mata cerdas tapi kelam yang muncul tahun 2007 dengan segudang ceritanya kepadaku

Ia penjaga rumah lamaku
Ia pencemburu
Ia penjaga aku
Katanya

Usut puya usut Bamara berasal dri bahasa banjar yang berarti “maju perlahan lahan”
Umurnya saat itu sekitar 23 tahun
Keturunan bangsawan
Tapi sakit sakitan
Sehingga ia harus pergi usia semuda itu

Belum banyak ia tahu tentang kebijaksaan yang ia kagumi  dari seorang tua dibawah beringin itu
Sempat ia diharapkan jadi penerus ayahnya
Lemah tpi cerdas, kata orang

Bahkan cinta
Ia belum puas denga yang ada

Baiklah
Itu perkenalannya

Bamara bukan seorang yang banyak bicara
Ia suka mempeehatikan

Oh sekrang ia memperhatikan aku
……

Antariksa dan Pertiwi

Standard

Jadi begini mulanya,

Pertiwi dan dunianya adalah harmoni nikmat dari desah parau angin yang bertemu dedaunan, merdu gemericik air disela sela jemari kakinya, dan lantunan nyanyian kayu yang berdansa dengan api. Ia dengan dawai dawainya nyanyikan rasa yang tersirat di hidup kita.

Antariksa dan dunianya adalah wujud nikmat sinar matahari yang berangkulan mesra dengan tetes air yang menjelma menjadi pita kristal, getaran getaran warna putih empuk dari awan dan sketsa luas angkasa yang tak tergapai tangan kita. Ia dengan jemarinya menggambarkan luas rasa dari biru samudra.

Lalu setelah ini tinta menjadi nyawa dan kertas menjadi dunia dimana kisah ini hampir tak mungkin menjadi realita di dunia nyata kita.

Read the rest of this entry

Indonesia milik kita

Standard

Suatu sore yang cerah, saya kembali berkumpul bersama teman teman Muni sore Malang di Alun alun Tugu Bundar. Seperti biasa, kami berkumpul, berapresiasi terhadap bunyi dari alat musik, puisi dan nyanyian. Rencananya dua minggu lagi kami akan mencoba membuat lagu bersama sama, untuk mengasah kreatifitas.

Namun sore ini ada yang berbeda. Kami sengaja mengajak siapapun yang mau menulis tentang harapannya kepada Indonesia. Setidaknya hal ini dapat menumbuhkan kembali rasa memiliki terhadap Negara ini. Diiringi lagu lagu nasional, daerah hingga dolanan, beberapa aspirasi tercatat. Kami akan kembali mencatat aspirasi aspirasi ini dan semoga setelah ini aspirasi yang telah tertulis bukan hanya menjadi wacana tetapi dapat terwujudkan melalui sikap gotong royong dan rasa cinta tanah air yang bertumbuh dari saat ke saat.  Inilah beberapa Aspirasi dari teman teman Munisore dan teman teman pengunjung.

Read the rest of this entry

Anak anak kecil itu..

Standard

(Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu…demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu ~iwan fals, sore tugu pancoran)

 

Beberapa saat ini lagu itu terus terngiang di telingaku. Sol, partnerku, sering menyanyikannya dan akhirnya aku penasaran lagu itu tentang apa. Sol adalah pemuda yang mempunyai ketertarikan untuk melakukan sesuatu kepada anak anak jalanan, sedangkan aku, dari dulu memang suka dengan anak kecil. Menurutku, semua manusia itu lucu, menggemaskan dan baik pada saat kecil. ketika besar.. kita bisa lihat sendiri haha.. dan pada saat kecil itulah waktu yang sangat baik untuk dididik, diberi ilmu, diberi bekal sebelum beranjak dewasa. Itungannya kalau rumah itu, fondasinya.

Ketertarikanku pada anak kecil terutama karena mereka masih mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, tidak gengsi untuk bertanya, dan cukup nekad untuk melakukan apa yang mereka suka. kita yang sudah gede gede ini sering malu untuk bermimpi, malu untuk bertanya dan agak alot kalo disuruh beraksi. aku suka melihat senyum mereka, suara mereka hingga kadang rasanya sangat bahagia dan lupa waktu jika bermain dengan anak anak kecil.

minatku kepada anak kecil menjadikanku guru sekolah sabat anak anak (semacam sekolah minggu) di gerejaku. anak anak SD, selama beberapa bulan seminggu sekali aku menemani mereka belajar dan bermain. canda tawa membuatku awet muda =D

akhir akhir ini minat itu makin tajam, melihat bahwa merekalah penerus bangsa, merekalah cikal bakal pemimpin menggantikan kita, dengan mereka anak cucu kita akan bekerja sama dan mempertahankan kehidupan manusia.

banyak dari mereka yang tidak diperlakukan dengan adil pada masa kecilnya.aku tidak hanya berbicara konteks anak jalanan saja. anak anak kota juga. kalau anak anak jalanan, mereka kadang dituntut untuk mencari nafkah daripada belajar disekolah.beberapa anak jalanan yang aku dan Sol interogasi, mereka disuruh bolos dan cari uang. bahkan ketika kami ingin memberi kue dan air minum, mereka dilatih untuk tidak menerima,jika tidak ada uang.

Read the rest of this entry

Menemani Bapak Bagian 1

Standard

(Indonesia Tanah Air beta.. Pusaka abadi nan Jaya…)

Fifi kecil terlihat sedang bermain batu di seberang jalanan tepat dimana saya berdiri. Ia terlihat asyik sendiri dengan dunianya di pinggir jalan yang ramai itu. Fifi menemani ayahnya, seorang pengemis yang telah kehilangan penglihatannya sejak 14 tahun lalu, tahun 1996. Fifi dan ayahnya berdomisili di malang selatan, kami (saya dan Sol) menemui mereka di dekat lapangan rampal. Setiap hari, Fifi menemani ayahnya pergi ke tempat dimana saja ayahnya dapat mengemis, kadangkala hingga pasar dinoyo, jika di pasar sekitar tempat mereka tinggal, isin* , katanya polos. 

Image

(Indonesia sejak dulu kala, selalu dipuja puja bangsa..)

Walaupun menemani ayahnya, Fifi masih bersekolah dan sekarang duduk di kelas 5 sd. Di rumahnya mereka tinggal ber empat (ada kesimpang siuran data saat Fifi menjawab dan ayahnya menjawab, membuat hal ini menarik mengapa jawaban mereka berbeda) 

Read the rest of this entry