Aku dan Band ; Wake Up, Iris ! (sebuah cerita dari hati)

Standard

Bermusik dan menjadi musisi adalah sebuah  ketakutan besar dari orang tuaku dan aku melakukannya. Bermusik merupakan bagian dari nafasku sejak kecil. Katanya aku suka menyanyi sendiri, katanya aku suka berlagak seperti musisi kondang di atas panggung (kemudian aku tahu, kondang tidak kondang, musisi akan selalu berlaga di atas panggung mereka), katanya aku suka mengubah lirik lirik lagu kesukaan ayah ibuku.

Capture

Wake Up, Iris! namanya. Ia adalah harapan saat aku terbangun dan tetap memperjuangkan mimpiku di dunia musik. Ia adalah harapan saat aku berpikir, ah sudahlah bermusik hanya begini-begini saya, mengiringi orang saja, menjadi pemain musik di resto mahal sembari mereka menikmati makan malam dengan orang orang kesayangan mereka.. pokoknya aku bermusik dan aku tidak bisa hidup tanpa musik. Ah sudahlah, mimpi menjadi sebesar Om Ahmad Albar atau Tante Silvia Saartje itu cuma dimiliki orang-orang dengan suara nge-rock. Cukup menjadi musisi pengiring sudah membuatku bahagia (waktu itu-tertahan-ingin lebih). Lalu bermimpi menjadi pemain orkestra pun sudah lenyap. Aku lebih ingin menciptakan musik! nanti biar orkestra itu yang memainkan musikku. Pikirku begitu.

WUI (wake up iris-disingkat ) lahir disaat yang paling tepat. Saat aku ingin mengeksplorasi kecintaanku terhadap musik. Sering kali semasa sekolah dan kuliah ibuku menjauhkan aku dari musik,teater, segala bentuk kesenian. Tidak bisa hidup dengan hal hal seperti itu! katanya. Tetapi entah mengapa hatiku berkata, sejauh jauhnya orang ingin menjauhkanku dari kesenian dan kebudayaan,
aku akan tetap disana dan kembali kesana. Disanalah rumahku. Disaat itulah aku menyadari, bermusik bukan sekedar hobi atau mungkin pekerjaan bagiku. Berkesenian, terutama bermusik adalah cara hidupku.

Wake Up Iris

Kala itu aku bertemu sang Angin. Aku sudah mengenalnya cukup lama tetapi hampir tidak pernah bertukar pikiran mengenai musik. Bahkan aku sempat membatin, betapa beruntungnya dia dengan dunia musiknya. Waktu berjalan cepat dan seketika itu pula aku bertemu dengannya kembali. Bak angin segar, Sang Angin rupanya memiliki mimpi dan visi yang sama, mengenai hidup, mengenai dunia ini dengan carut marutnya, mengenai ruwetnya kota yang dipenuhi orang-orang yang berhutang demi gengsi, hingga mengenai musik yang sudah terlanjur mendarah daging. Kesamaan-kesamaan itu yang membuat obrolan kita mengalir menjadi sebuah ikatan yang tak perlu terucap. Mendadak kita kompak ingin mewujudkan mimpi bersama. Semejak saat itu aku tidak lagi sendiri memperjuangkan mimpi-mimpiku.

Penahitam, adalah sebuah bagian yang harus diceritakan ketika bercerita mengenai sejarah WUI. Sebuah perjalanan panjang sebelumnya telah mempertemukan aku dan sang Angin dengan para pendirinya, Mas Rio, Mas Didi, dan juga teman teman penyelenggara Mas Novi dan Mas Doni (kedepannya, mereka pulalah yang berjasa membantu pertumbuhan WUI). Celetukan ringan dimulai saat bertemu di Legipait, apakah aku mau mengisi acara ulang tahun Pena Hitam. Aku? dengan siapa? bagaimana? aku gagu. Ingin sekali terlibat tetapi bagaimana? Lalu aku memandang sang Angin. Ia memandangku. Kita mempunyai pikiran yang sama yang tak perlu terucapkan. “bagaimana kalau kalian berdua yang main?” ujar mas Rio yang serta merta membuyarkan dan memberi jawaban final dari pikiran kita berdua. Baik. Kesempatan itu kita terima. Tetapi WUI belum ada. belum terbentuk, belum bernama, hanya berupa cita-cita dari kita berdua. Semejak saat itu, kita menemukan Harapan itu, Bermusik kembali.

Wake Up Iris

Wake Up Iris First Rehearsal

Perjalanan musikku yang cukup panjang, memakan waktu 10 tahun lebih, dari sekadar bernyanyi dan memainkan biola di rumah,tidak puas dengan biola aku belajar memetik gitar sendiri, aku sempat menjadi keyboardis band di SMP dan mulai menjadi pemain biola di band semejak kelas 3 smp. Aku bermain kuartet, aku bermain dengan tim. Aku bosan lalu bermain di jalanan. Masih juga lagu orang yang kita bawakan dan hanya sesekali menciptakan lagu. Sesekali aku diajak untuk mengisi acara ulang tahun dan nikahan, baik band maupun sekumpulan pemusik alat gesek. Hal itu pulalah yang membawaku bertemu sang Angin di masa lalu. Tak kusangka, Ia jugalah yang membuat aku maju dari kondisi stagnanku dalam bermusik selama ini.

Kita berlatih, bereksperimen, menemukan kendala, berdiam diri, berpikir bersama, berdikusi, mencari jalan keluar, sebuah pengalaman yang tidak pernah terlintas saat melihat sebuah Band. Kukira band hanya genjrang genjreng, pulang membawa uang lalu begitu seterusnya. Tidak. Band membutuhkan loyalitas, membutuhkan usaha dan kerja keras, pikiran dan otot. Band, layaknya sebuah impian besar, harus dipikirkan bagaimana cara kita memperkenalkannya, menyebarluaskannya dan merangkainya menjadi perwujudan mimpi kita.Band, yang akhirnya terwujud juga, adalah hasil keringat dan kreatifitas yang nanti ingin kubanggakan minimal kepada anak cucuku..

Mencari nama juga bukan hal yang mudah untuk kita. Apa maknanya? Apa harapan dari nama tersebut? Apa tujuan pemberian nama itu? ah seperti memiliki anak ya.. nama adalah doa. Paling tidak untuk kita. Tidak apa-apa kok kalau nama itu tercetus dengan sendirinya dari bacaan, dari lirik lagu ataupun permainan, semua sahih-sahih saja. Wake Up, Iris! ia tercetus karena kita sudah capai ‘tertidur’ di dunia musik. Bangun. Aku dan Sang Angin bangun.

Wake up from our dream and start to do something for our dream.

Iris.. sebenarnya ada sebuah cerita dari nama ini. Terngiang ngiang samar selama beberapa tahun. Iris. Mengapa Iris? ada apa dengan Iris? Siapa Iris? Ia yang berarti pelangi (karena itulah iris mata manusia diberi nama ‘iris’, berwarna warni) sebuah bunga berwarna kuning, violet, serta nama dari sebuah dewi yunani. Nama yang cantik…

coban talun

Yang tersisa dari ‘Iris’

Setiap kali mengingat nama Iris, aku teringat dengan perempuan kecil yang pernah kutemui . Ia memiliki banyak pertanyaan, terlalu banyak sehingga kadang ia lupa menikmati mainan yang pernah kubelikan. Sebagai anak yang lahir di zaman milenial, ia lebih suka diajak ke taman bunga ketimbang ke toko mainan di sebuah mal. Lebih dapat bernapas, katanya. Terkadang kalau sudah sampai di sungai belakang rumahnya, ia lupa waktu, berceloteh mengenai kekesalannya terhadap dunia hari ini yang ia lihat di TV dan Youtube kepada ikan-ikan, seakan murung tetapi menceritakan sebuah harapan bahwa suatu saat nanti manusia akan lebih baik lagi dalam menjaga tempat tinggalnya dan menolong manusia-manusia lain. Ah aku sudah lama tak menjumpainya karena ia tertidur terlalu lama dan mungkin tidak dapat berceloteh riang seperti dulu lagi. Aku rindu dengan cerita-ceritanya yang membesarkan hatiku. Terkadang menjadi dewasa itu tidak sebegitu membahagiakan. Iris, ia seorang anak perempuan yang menjadi inspirasi di balik nama Iris ini. Tidak mudah menceritakannya. Membutuhkan terlalu banyak airmata untuk mengorek memori tentangnya. Aku hanya akan membawa semangatnya untuk menjadi pelangi yang indah di muka bumi.

Wake Up, Iris!

Wake Up Iris on Irockumentary Penahitam 2015

Vania Wake Up, Iris!

Wake Up Iris on Irockumentary Penahitam 2015

Bie Wake Up, Iris!

Wake Up Iris on Irockumentary Penahitam 2015

Kickdrum

Disinilah pertama kalinya aku kembali menemukan diriku yang sempat putus asa bermusik. Semangatku kembali. Dengan sang Angin aku kembali bermimpi mewujudkan mimpiku, mewujudkan mimpi sang Angin dan mewujudkan mimpi seorang gadis kecil yang akan selalu aku sebut Iris. Wake up, Iris! berarti harapanku dan sang Angin.

Membuat sebuah kelompok bermusik (apalagi kelompoknya berisi 2 orang saja) tidak mudah. Wake Up, Iris! adalah usaha untuk mimpiku dan sang Angin. Kita memolesnya serius. Belum setahun dan belum beralbum. Masih membutuhkan kerja keras dan pengorbanan untuk mimpiku yang satu ini, dan hal yang paling indah adalah dengan siapa aku mewujudkan mimpiku ini. Bertemu dengan orang-rang baru, keluarga baru, belajar hal baru, kesempatan baru, bermusik bukan sekedar kesukaan tetapi bermusik adalah caraku bertahan hidup.

wake Up Iris

Bonita and the Hus band, Jazz corner Team, WUI team

Blue Monday WUI Team

Blue Monday WUI Team

Wake Up Iris @ Shelter Tulungagung

Wake Up Iris @ Shelter Tulungagung

Jalan masih panjang, cerita masih akan terus bergulir. Sebuah cerita dari hati dimulainya membangun mimpiku ini semoga menjadi inspirasi untuk tidak hanya bermimpi tetapi juga mewujudkannya. Salam kenal!

Sang Angin = Bie Paksi

Jpeg

Blue Monday-Legipait

UBTV- #WeekendPlay

UBTV- #WeekendPlay

Wake Up, Iris!

Wake Up, Iris!

logoMore info about Wake Up, Iris! :

IG: @wakeupiris

Twitter: @wakeupiris

fb/fanpage: Wake up Iris

3 responses »

  1. Meski baru pertama kali mendengarkan…eh baru tau dan liat perform ini emang keren dan bersahabat d.telinga……

Leave a comment